Ada dua karya batik yang dijadikan di dalam mata kuliah tersebut. Yang pertama adalah karya batik dengan media kain 40x40 yang nantinya akan dimanfaatkan untuk membuat sebuah barang yang tentunya berguna dari kain tersebut. Karya kedua adalah membuat batik di kain berukuran 2x1 dengan tema Surabaya.
Berikut adalah review dari 2 karya saya.
PINKAWUNG PILLOW
Ide dasarnya saya merombak motif kawung yang sudah ada sebelumnya. Saya memilih motif kawung karena motif kawung cenderung sederhana dan tidak terlalu rumit.
Pada awalnya motif kawung buatan saya lebih kompleks dengan ornamen titik di dalam bulatan kawung. Apa daya karena baru perdana, saya kurang terampil dalam bermain dengan canting & malam, maka malamnyapun banyak yang jembret kemana-mana sehingga saya terpaksa menutup begitu saya kawungan saya.
Pada proses pewarnaan saya menginginkan merah hati untuk warna akhir kawung saya. Namun proses mewarnai tanpa pengalaman malah mengantarkan bantal saya menjadi warna pink menyala & cenderung merah. But still good enough. I love it!
BATIK BEKISAR TARUNG SURABAYA
Pada karya kedua, briefnya adalah membuat motif batik Surabaya. Sayapun memilih mengambil motif ayam. Kenapa ayam? Karena kota Surabaya mempunyai legenda sawunggaling dimana dimana sawunggaling memelihara ayam bekisar yang biasa digunakan untuk sabung ayam. Selain itu, ayam, khususnya ayam jago melambangkan karakter khas masyarakat Surabaya yang keras dan pekerja keras.
Setelah membuat pola untuk kain berukuran 2x1, kemudian pola tersebut di gambar ulang ke kain dan kemudian diproses dengan 2x pencelupan warna. Warna pertama yang dicelupkan adalah warna yang terang terlebih dahulu. Untuk itu, saya memilih warna kuning sebagai warna pertama. Warna kedua saya memilih warna merah, yang kemudian menjadi coklat bata karena warna merahnya sudah terlayer dengan warna kuning sebelumnya.
* * *
Motif yang sudah diberi outline menggunakan malam disebut rengrengan. Rengrengan dapat diisi dengan 2 macam pola isen (isian) yaitu blok dan motif yang lebih kecil untuk mengisi kekosongan pola. Isen yang paling umum biasanya adalah motif titik dan cecek (kumpulan titik dengan komposisi tertentu).
Kekosongan diluar motif biasanya diperlakukan dengan dua cara. Apabila ingin dipertahankan warnanya, maka motif tersebut di blok, atau di beberapa daerah disebut di tembok, yaitu ditutup permukaannya dengan malam sampai rata sehingga warna yang dipertahankan tidak luntur. Proses memblok ini biasanya dilakukan setelah pencelupan yang kedua. Untuk cara kedua, biasanya kekosongan tersebut diisi dengan isen. Apabila memiliki tempat yang cukup besar, maka dapat diisi dengan motif lain, atau kembali ke isen titik atau cecek.
Selain pola dan motif batik memiliki elemen yang penting lain, warna. Warna yang digunakan untuk mewarnai batik ada dua macam. Yang pertama adalah pewarna alami, yaitu pewarna dari bahan-bahan alami. Yang kedua adalah pewarna buatan atau pewarna kimia. Pewarna alami memiliki warna-warna yang cenderung kealaman : cokelat, hijau, kuning dan cenderung memiliki warna yang tidak terlalu mencolok. Sedangkan pewarna buatan bisa mengejar lebih banyak warna dan warnanya dapat lebih mencolok daripada pewarna buatan. Beberapa warna dari pewarna kimia : merah, ungu, biru, hijau, kuning, oranye, dsb.
Untuk kedua karya saya diatas, keduanya saya menggunakan pewarna buatan. Pewarna buatan lebih mudah ditemukan karena dijual secara bebas di beberapa took kimia, maupun toko perlengkapan batik. Selain itu, proses pencelupan pewarna buatan cenderung lebih mudah untuk dipraktekan oleh pemula seperti saya.
gambar : pribadi
kawung memang simpel dan karena modulnya mudah diulang dia bisa jadi lakon atau latar. pameran batik jilid 2 kayaknya perlu digelar... tfs.
BalasHapus