Untuk yang belum tahu, saya adalah mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan DKV alias Desain Komunikasi Visual. Pada semester ini, saya mengambil matakuliah riset. Di jurusan saya, riset adalah pendahuluan sebelum nantinya saya mengambil kuliah Tugas Akhir. Beban kuliah riset adalah 8sks, sama seperti TA, dan goal dari riset adalah sidang pertama yang membahas bab1-bab4. Riset untuk TA saya ini, saya mengambil mayor tentang batik dengan judul perancangan ensiklopedia batik online untuk remaja.
Untuk riset, saya tentunya banyak membutuhkan penelitian. Diantaranya adalah kebutuhan data sekunder yang bisa digali dengan kuesioner. Nah, selesai sudah prolog saya. Saya hanya ingin berbagi sedikit dari hasil penelitian yang sudah saya lakukan terhadap 100 remaja dengan rentang umur 14-18 tahun.
saya menemukan beberapa fenomena baru disini, ternyata adik-adik kita yang remaja cukup banyak yang tidak menaruh aware kepada batik. sangat disayangkan sekali. padahal seharusnya mereka sebagai penerus bangsa harusnya mempunyai awareness yang tinggi terhadap salah satu kebudayaan bangsa yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
dan lagi-lagi, untuk mereka yang menjawab iya, penyebab utama mereka mencari tahu tentang batikpun adalah adanya "unsur keterpaksaan" berupa tugas sekolah yang mau tidak mau memang mereka harus kerjakan sebagai kewajiban remaja yang tentunya mengenyam pendidikan di sekolah.
padahal untuk media internet yang notabene sudah cukup familier dengan mereka, internet juga merupakan media paling murah untuk mencari data tentang apapun. dan sudah cukup banyak data tentang batik yang cukup menarik, yang dapat diakses adik-adik remaja kita dengan mudah. tetapi remaja tetap tidak tertarik untuk tergerak mencintai batik. minimal dengan tahu sedikit tentang sejarah ataupun pembuatan batik misalnya?
ironis memang fenomena yang terjadi pada remaja kita. mereka lebih tertarik dengan kebudayaan pop yang dewasa ini memang memberondong untuk masuk dan menggeser kebudayaan asli milik bangsa kita sendiri.
semoga hasil akhir tugas akhir saya, perancangan ensiklopedia batik online untuk remaja, dapat menyelamatkan 4% adik-adik remaja kita yang selalu ingin tahu perkembangan batik, dan menjadikan 72% remaja yang jarang mencari data atau aware terhadap batik menjadi minimal mereka "sedikit" aware. amiin.
lalu, bagaimana dengan anda? apakah juga sudah aware? tapi saya harap dengan membaca tulisan-tulisan saya di blog ini anda sudah cukup mempunyai rasa aware terhadap kebudayaan bangsa kita sendiri. semoga postingan saya kali ini lebih bermanfaat.
semoga.
Kamis, 25 November 2010
Kamis, 11 November 2010
Kisah Sedih di Hari Minggu dalam Motif Batik
Adalah truntum, satu dari sekian motif batik kesukaan saya. Kalau untuk motif, saya menyukai motif-motif kontemporer yang cenderung futuristic dan modern. Kalau untuk truntum, saya menyukai makna dibalik motifnya. Sangat mendalam.
Motif truntum adalah salah satu motif batik khas dari Yogyakarta, saya menyukai unsur sejarah filosofis dari motif batik truntum karena ceritanya menyentuh. Cerita dibalik motif truntum itu seperti film drama jaman sekarang. Ceritanya punya latar belakang cerita cinta yang berakhir bahagia.
Adalah Kanjeng ratu Kencana, Permaisuri Sunan Paku Buwana III yang konon katanya pertama kali membuat motif ini. Ratu yang dulunya disayang dan dimanja raja akhirnya harus kesepian karena raja mulai sibuk dengan selirnya yang lain. Untuk menghilangkan kesedihannya, sang ratupun memulai membatik. Motif batiknya berbentuk bintang yang menyimbolkan harapan. Latar belakang kain bewarna biru gelap seperti hatinya yang bersedih.
Rupanya kegiatan membatik ratu mendapatkan perhatian khusus dari raja. Akhirnya rajapun mulai memperhatikan sang ratu kembali. Semua itu berkat ketekunan sang ratu dalam membatik.
Kisah yang klise sebenarnya. Menceritakan kesedihan ratu yang mungkin rasanya seperti kisah sedih dihari minggu. Namun batik truntum yang dapat membawa cinta raja kembali akhirnya menjadikan motif truntum banyak diartikan sebagai lambing cinta yang kekal.
Kata truntum sendiri berasal dari kata tum-tum yang artinya kembali. Mengartikan cinta raja yang kembali. Motif truntum berasal dari kalangan kraton. Maka dari itu, motif truntum menjadi salah satu motif larangan kraton.
Motif truntum biasanya digunakan pada acara pernikahan oleh orang tua mempelai. Motif truntum juga diartikan sebagai tun-tun, menuntun. Artinya bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk menuntun kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru. Beberapa ada juga yang mengartikan sebagai harapan agar cinta kasih mempelai tumaruntum; abadi dan semakin lama terasa semakin subur berkembang.
Lalu, motif batik apa yang menjadi favorit anda?
sumber : www.batikyogyakarta.com/
gambar : http://www.heritageofjava.com/
Selasa, 09 November 2010
Batik & ITS INNOVATION EXPO 2010
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya mengadakan sebuah expo dengan tajuk ITS INNOVATION EXPO 2010 yang diadakan di convention hall tunjungan plaza pada tanggal 6-10 Nopember 2010. Acara yang menghadirkan teknologi inovasi tersebut merupakan salah satu dari serangkaian acara menyambut 50 tahun dies natalis ITS.
Saya menemukan beberapa hal menarik terkait dengan batik pada acara ini. Pada pintu masuk venue, ada semacam stand yang disediakan oleh panitia untuk pedagang yang tertarik berjualan pada acara tersebut. Yang menarik disini adalah, batik menjadi komoditas utama yang dijual dan dipamerkan sepanjang pintu masuk venue.
Hal menarik lainnya adalah pemilihan batik sebagai elemen penghias stand pameran di beberapa jurusan, mengingat batik bukanlah tema utama yang diangkat oleh panitia ITS INNOVATION EXPO ’10.
Bahkan ada panitia penjaga stan yang khusus menggunakan batik untuk menjaga stand. “supaya lebih terlihat rapi dan eye catching” kata risky, mahasiswa TL yang menjaga stand.
dan untuk stand despro, ada yang khusus memajang karya batik modifikasi mahasiswanya
Kalimat “Batik sudah menjadi suatu identitas, bukan sekedar komoditas” selayaknya ada benarnya. Terbukti walaupun acara ITS INNOVATION EXPO tidak mengusung tema batik atau budaya, namun mahasiswa tidak melupakan batik dan tetap menggunakan batik sebagai elemen-elemen penghias maupun elemen identitas.
gambar : pribadi, courtesy tyas ajeng nastiti
Langganan:
Postingan (Atom)